Gunungan Wayang

Pintu Ukir Kelir Wayang  Tanpa Gambar Hewan

Motif kelir wayang ini banyak dipilih untuk ukiran pintu rumah, baik kupu tarung maupun pintu satu daun.

Memang tidak semua orang tahu arti gambar pada ukiran tersebut, jadi ukuran kelir pada pintu sekarang ini biasanya hanya sebagai simbol atau hiasan pintu rumah saja.

Dari pengalaman kami, beberapa orang memilih memodifikasi gambar aslinya. Seperti menghilangkan gambar hewan, dan mahluk bernyawa seperti ini:

Meskipun memiliki bentuk yang sama yaitu ukiran segi tiga seperti gunung, jika diperhatikan gambar diatas berbeda dengan yang asli.

Jika bicara harga pintu, tentu sangat bervariasi. Tergantung kualitas kayu, ukuran dan ketebalan kayu yang digunakan. Jadi, tidak ada harga fix dipasaran.

Contohnya pintu kupu tarung di atas ini. Untuk 2 daun pintu termasuk ukir harganya 7 juta lebih.

Memang, karena customer kami, minta kayu yang cukup bagus yaitu kayu jati full tua yang kualitasnya hampir mirip jati TPK atau Jati perhutani serta ukurannya juga minta yang halus, lengkap dan detail.

Pintu wayang yang dipesan memiliki ketebalan standar pintu yaitu 3,3 CM (matang) dengan lebar 140×240 (kupu tarung). Jadi masing-masing pintu kanan dan kiri memiliki lebar 70×240.

Tentu dengan ketebalan dan ukuran yang sama seperti pintu di atas Anda bisa mendapatkan harga yang lebih murah ataupun yang lebih mahal. Tinggal sesuaikan budget dan kebutuhan.

Pintu Jati Ukir Gunungan Wayang

Kelir wayang atau gunungan, memiliki arti filosofis yang mendalam. Bisa menggambarkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Kelir wayang juga disebut kayon atau kayu yang melambangkan kehidupan. Jika kita lihat dengan teliti, kelir merupakan gambar kayu besar dengan daun yang rimbun serta ada beberapa hewan, mahluk dan rumah.

Karena memiliki arti filosofis, banyak yang menggunakan kelir wayang ini sebagai ukiran untuk hiasan. Terutama pada pintu rumah.

Hasil Pencarian Pajangan Wayang Kulit Gambar Wayang

Maaf, barangnya tidak ketemu

Coba cek lagi kata pencarianmu.

Apakah bisa dipasang hendel dan kunci rumah seperti biasa?

Nah, untuk anda yang ingin dipasang hendel atau kunci pintu sebaiknya langsung konsultasi saja ke kami.

Pemasang kunci dan hedel pintu hendaknya direncanakan sebelum ukuran jadi.

Karena kita akan menyesuaikan lokasi hedel dan ukuran kunci rumah yang akan dipasang.

Kunci pintu memiliki spesifikasi yang berbeda, jadi lubang pintu harus disesuaikan dengan merk dan jenis kunci. Jadi biasnaya pemesan, membeli sendiri hendel dan kunci pintu yang diinginkan lalu dikirim ke kami sebelum produksi agar pemasangan bisa presisi.

Pintu Jati Ukir Jepara Berkualitas

Selain kayu dan ukiran yang bagus tentu konstruksi juga kamu utamakan. Seperti penambahan plat besi pada sisi atas dan bawah pintu ini agar pintu tidak melengkung dan retak.

Plat besi ini memiliki ukuran yang cukup tebal, yaitu 1×2 CM dan panjang pintu menyesuaikan. Hal ini dapat meminimalisir pergerakan pintu dan menambah kekuatan pada sambungan pintu.

Mengingat pintu merupakan komponen utama rumah, kualitas harus kami diutamakan.

Indonesian puppet theatre

A typical Javanese gunungan with a depiction of entrance in the center and a Kala head in the upper-center image

The gunungan (Javanese: ꦒꦸꦤꦸꦔꦤ꧀; "mountain"), also known as kayon or kayonan (from kayu, "wood" or "tree") in Bali, is a figure in the Indonesian theatrical performance of wayang e.g. wayang kulit, wayang klitik, wayang golek, and wayang beber.

Gunungan is a conical or triangular structure (tapered peak) inspired by the shape of a mountain (volcano).

In wayang, gunungan are special figures in the form of pictures of mountains and its contents. Gunungan has many functions in wayang performances, therefore, there are many different depictions.

In the standard function, as the opening and closing of a performance stage, two things are depicted on two different sides. On one side, at the bottom is a picture of a gate guarded by two Rakshasa holding swords and shields. It symbolizes the palace gate, and when played the gunungan is used as a palace. At the top of the mountain is the tree of life (kalpataru) which is entangled by a dragon. On the tree branch depicted several forest animals, such as tigers, bulls, monkeys, and birds. The picture as a whole depicts the situation in the wilderness. This side symbolizes the state of the world and its contents. On the other side, a blazing fire is depicted. It symbolizes chaos and hell.

Before the puppet is played, the gunungan is stuck in the middle of the screen, leaning slightly to the right which means that the wayang play has not yet started, like a world that has not yet been told. After playing, Gunungan is removed, lined up on the right.

Gunungan is used as a sign of changing plays/story stages. For that the mountains are plugged in the middle leaning to the left. In addition, gunungan is also used to symbolize fire or wind. In this case the side of the mountain is reversed, on the other hand there is only red-red paint, and this color symbolizes fire.

Gunungan can act as land, forest, roads and others by following the dialogue of the dhalang. After the play is finished, Gunungan is plugged again in the center of the screen, symbolizing that the story is finished.

Gunungan there are two kinds, namely Gunungan Gapuran and Gunungan Blumbangan. Gunungan Blumbangan was composed by Sunan Kalijaga in the era of the Demak Kingdom. Then during the Kartasura era, it was composed again with the Gunungan Gapuran. Gunungan in puppet terms is called Kayon. Kayon comes from the word Kayun. Gunungan contains high philosophical teachings, namely the teachings of wisdom. All of this implies that the play in the wayang contains lessons of high value. This means that wayang performances also contain wayang performances that also contain high philosophical teachings.

In Kelantan, Peninsular Malaysia, a similar figure is set up in the local iteration of the performance known as the pohon beringin ("banyan").[1][2] The beringin is often displayed in the beginning and the end of the performance symbolizing "a world loaded with lives...in the water, on the land and in the air".[3]

a Javanese gunungan with closed porch and two large yakshas on the sides. The roots of the tree rise into the water. There are some animals in the tree crown, but the demon head (kala) is missing

The figure of Api ("fire"), a Balinese fire demon, which has a similar form with the kayonan

A gunungan from a variation of wayang kulit of Lombok, with which the story of

at the Mangkunegaran Palace in Surakarta. Typical combat scene, gunungan slightly to the right of the center

Gunungan is used as the official logo for the

Gunungan as depicted in the reverse of the 1978-issue 100

Gunungan as the motif of Indonesia's new

logo, adopted in 2022